Kemajuan dunia pariwisata ternyata secara langsung
mempengaruhi perkembangan sekolah pariwisata di tanah air. Lihat saja hampir di
setiap daerah sekarang dapat dijumpai sekolah pariwisata. Tidak hanya sekolah
swasta, bahkan pemerintah juga sepertinya begitu antusias untuk memperbanyak
sekolah pariwisata. Terbukti dengan adanya SMK Negeri dengan jurusan Pariwisata
yang siap melahirkan calon – calon pelaku pariwisata siap pakai.
Pada awalnya keberadaan sekolah pariwisata ada untuk
mencetak tenaga – tenaga handal yang siap bekerja di Hotel dan Restaurant.
Namun seiring perkembangannya, kini lulusan sekolah pariwisata pun sudah
memiliki jangkauan yang lebih luas yaitu mampu bersaing dan memiliki peluang
untuk bekerja di kapal pesiar. Beberapa tahun terakhir bahkan marak bermunculan
sekolah pariwisata yang menggunakan embel –embel kapal pesiar dalam paket
belajar yang mereka tawarkan. Maksud saya di sini adalah bahwasanya lulusan
mereka akan ditempatkan untuk bekerja di hotel – hotel berbintang dan kapal pesiar.
Ada pula yang membuka diklat singkat kapal pesiar dengan masa diklat antara 6
bulan sampai satu tahun. Sungguh cara promosi yang menarik menurut saya, walau
pun pada kenyataanya banyak yang harus kecewa setelah mereka lulus.
Agent tenaga kerja pun khususnya agen kapal pesiar seakan
tak mau ketinggalan berinovasi untuk mengeruk rupiah. Dengan memanfaatkan
reputasi mereka dalam merekrut tenaga kerja, mereka seperti latah ikut
mendirikan sekolah pariwisata dengan alasan yang cukup bisa diterima yaitu untuk
mendapatkan lulusan sesuai dengan standar mereka. Kenyataanya tidak semua
lulusan dapat diterima untuk bekerja di kapal pesiar. Jelas saja, karna pemilik
agent bukan pemilik perusahaan kapal pesiar.
Perkembangan sekolah pariwisata yang berbasis kapal
pesiar menurut saya tidak lepas dari faktor masih dibutuhkannya tenaga kerja
Indonesia oleh pemilik perusahaan – perusahaan kapal pesiar. Selain alasan
orang Indonesia yang terkenal dengan ramah tamah (siapa lagi yang disuruh memuji,he…), tenaga kerja asal Indonesia
juga tergolong cukup murah, tapi bukan murahan lho..!
Bila kita menengok ke belakang di era 80-an menurut
cerita beberapa senior di tempat saya bekerja, saat itu untuk dapat bekerja di
kapal pesiar tidak banyak syarat seperti sekarang. Bahkan beberapa dari mereka
ada yang dulunya tukang bakso,tukang becak,dll. Waktu itu asalkan mau bekerja
sudah merupakan syarat yang cukup, bahkan kemampuan bahasa pun tidak begitu
menjadi pertimbangan. Karna yang dibutuhkan adalah tenaga,dan tenaga kerja
Indonesia waktu itu masih sangat sedikit, artinya tidak ada persaingan. Baru
seiring perjalan waktu tuntutan profesionalisme dan persaingan menjadi acuan untuk memenuhi kualitas sumber
daya manusia sampai saat ini.
Mudah – mudahan ke depannya tenaga kerja Indonesia dapat
meningkatkan lagi kualitasnya sehingga mampu terus bersaing di dunia
internasional.
No comments:
Post a Comment